Foto Bersama Peserta Lomba

Dalam acara peringatan hari besar Islam Isra Mi'raj

Lomba Cerdas Cermat

Dalam kegiatan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW 1440 H

Santri Putri

Foto bersama dihalaman mesjid Istiqlal - Jakarta

Asrama Santri Putri

Tampak dari depan

Santri Putra Al-Arifin

Foto bersama pada saat Wisata Rohani di Komplek Pondok Pesantren Daarut Tauhid , Gegerkalong, Bandung

Kamis, 15 September 2022

PONDOK PESANTREN AL-ARIFIN



PONDOK PESANTREN AL-ARIFIN

        Merupakan Pendidikan Islam berbasiskan metode pesantren salafiyah yang dicirikan dengan metode pengajian sorogan Kitab Kuning (Lohgat). Pondok pesantren Al-Arifin senantiasa mewariskan dan konsisten dengan metode sorogan walaupun santri yang menimba ilmu di Pesantren hampir 90% siswa/siswi dan mahasiswa/mahasiswi. serta ada program unggulan juga, seluruh santri ditargetkan untuk mencapai hafalan Qur'an minimal 1 juz per tahun sebagai syarat kelulusan santri.
       
      Sistem pengajian di Pontren Al-Arifin menggunakan sistem klasikal. Santri yang menduduki kelas bawah adalah santri yang disekolahnya menempati kelas bawah juga. Hal ini dimaksudkan supaya materi yang disampaikan pada masing-masing jenjang sesuai dengan kebutuhan keilmuan dan supaya mudah dimengerti. Setiap santri yang baru masuk pesantren pasti akan ditest awal untuk mengetahui kemampuan dasar santri dan supaya ada penyetaraan/penyamaan dalam memberikan materi pengajian.

        Kemudian kegiatan santri dimulai dari Qiyamul lail untuk melaksanakan sholat sunnah tahajjud, setelah tahajjud ada kegiatan murajaah Al-Qur’an secarajama’Isekitar 20-25 menit, selanjutnya dilaksanakan sholat subuh berjamaah, kemudiandilanjut dengan kegiatan pengajian subuh. Selanjutnya seluruh santri pergi ke sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajar di sekolahnya masing-masing, pengajiandipondok pesantren dilaksanakan kembali setelah sholat maghrib berjamaah, setelah selesai pengajian kemudian dilanjut sholat isya berjamaah. Setelah selesai sholat isyapara santri dilanjut dengan kegiatan Halaqoh Qur’an yang mana dalamkegiatantersebut para santri menghafal Al-Qur’an, dan Tahsin Al-Qur’an yang di bimbing oleh para senior. 


        Saat ini Pondok Pesantren Al Arifin terus mengembangkan diri agar menjadi pesantren yang mandiri terutama mandiri dari segi ekonomi. Sehingga kedepannya diharapkan pesantren memiliki usaha sendiri. Kemudian penghasilan dari usaha tersebut dapat digunakan untuk memenuhi biaya-biaya yang diperlukan olehpesantrenseperti biaya operasional santri dan lain sebagainya.

      Mengingat letak Pondok Pesantren Al Arifin yang berdekatan dengan sekolah-sekolah formal dan kampus, sehingga di dekat sekolah dan kampus tersebut juga terdapat kos-kosan ataupun kontrakan yang digunakan oleh para pelajar atau mahasiswa untuk tinggal selama mereka bersekolah atau kuliah, maka timbulah ide untuk membangun usaha dibidang jasa cuci pakaian atau laundry. Karena letaknya yang strategis tersebut usaha laundry yang dirintis oleh pesantren ada dalam kemudahan dan dapat diterima oleh masyarakat karena masyarakat sendiri merasa terbantu dengan hadirnya tempat jasa cuci pakaian atau laundry tersebut.

Senin, 14 Mei 2018

Sebanyak 133 Peserta Memeriahkan Perlombaan PHBI di Ponpes Al-Arifin


Al-Arifin Post – Dalam rangka memperingati peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw dan Menyambut Bulan Suci Ramadhan tahun 1439 H. Dewan Pengurus Santri Pondok Pesantren Al-Arifin Karanggedang, Ciamis mengadakan kegiatan perlombaan tingkat DTA dan TKA se-Lingkungan Karanggedang dan sekitarnya pada hari Minggu tanggal 13 Mei 2018 yang bertepatan dengan 27 Sya’ban 1439 H.
Kegiatan tersebut merupakan acara yang pertama kali diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Santri yang sifatnya ekstern, artinya peserta yang berpartisipasi berasal dari luar. Sebab, pada acara-acara sebelumnya hanya melibatkan santri dan santrian Ponpes Al-Arifin sebagai pesertanya.

Kegiatan yang bertemakan “Melalui Peringatan Isra Mi’raj, kita tingkatkan semangat berjamaah generasi muda” ini  terdiri dari 5 mata lomba yaitu lomba kaligrafi, mewarnai, pildacil, tahfidz dan adzan. Antusiasme peserta sangat besar, hal tersebut bisa dilihat dari jumlah peserta yang berpartisipasi dengan jumlah total peserta 133 yang berasal dari 7 DTA dan TKA.

“Harapan kami, kegiatan ini bisa memberikan manfaat dan menjadi ajang bagi anak-anak untuk memperlihatkan dan mengembangkan kemampuan dan bakatnya khususnya yang berkaiatan dengan lomba yang ada pada kegiatan ini serta menjadi sarana dakwah Islam.” Ujar ketua pelaksana Abdul Aziz ZM

Rangkaian kegiatan tersebut diakhiri dengan pengumuman kejuaraan, dan keluarlah 3 peserta terbaik dari setiap mata lomba, yaitu :
Kaligrafi
Juara 1 Nazwa Nurul (Tarbiyatul Athfal)
Juara 2 Wildan Mukhlis (Al-Mansuriah)
Juara 3 Adinda (Tarbiyatul Athfal)
Tahfidz
Juara 1 Siti Aisyah (Tarbiyatul Athfal)
Juara 2 Faisal (Alimatul Aliyah)
Juara 3 Salman (Al-Mansuriah)
Mewarnai
Juara 1 Zahwa (Al-Ikhlas)
Juara 2 Cantika Syahrani (Al-Ikhlas)
Juara 3 Mamay (Al-Mansuriah)
Adzan
Juara 1 Titan (Al-Mansuriah)
Juara 2 Muhammad Rizki (Alimatul Aliyah)
Juara 3 Daffa (Tarbiyatul Athfal)
Pildacil
Juara 1 Anisa Septia Nataning Dita (Alimatul Aliyah)
Juara 2 Nisrina Nihal Nafilah (Tarbiyatul Athfal)
Juara 3 Alya Kahla Abya (Al-Mansuriah)

“Mudah-mudah untuk kedepannya Dewan Pengurus Santri Pondok Pesantren Al-Arifin bisa menyelenggarakan kegiatan perlombaan seperti ini, namun tidak hanya se-Lingkungan Karanggedang tetapi bisa lebih luas lagi cakupannya.” Pungkas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Arifin, bapak Drs. Eman Sulaiman.

(Al-Arifinpost/aazm)



Selasa, 27 Maret 2018

SEJARAH PONDOK PESANTREN AL-ARIFIN

Sejak tahun 1919 cikal bakal pondok pesantren al – Arifin telah dirintis oleh KH.Ahmad bin KH. Kohar  dalam bentuk Madrasah Diniyah dengan nama Miftahul Ulum. Madrasah pada waktu itu merupakan tempat pengajian para remaja yang berasal dari daerah sekitar. Setelah berjalan selama delapan tahun, jumlah santri semakin banyak dan diantaranya berdatangan dari  daerah jauh. Karena santri memerlukan tempat domisili, maka didirikanlah bangunan pesantren sederhana tidak permanen yang terbuat dari bambu dan kayu. Pada saat itu pesantren ini bukan hanya tempat belajar mengajar santri, tetapi sekaligus sebagai basis perjuangan melawan penjajah baik Belanda maupun Jepang. Para tokoh masyarakat sering  mengadakan rapat di pesantren ini yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad. Karenanya daerah di mana pesantren ini berada, disebut Serambi Mekkah  yang mengandung makna daerah basis agama.
KH. Ahmad wafat tahun 1940. Semenjak itu pengelolaan pesantren dilakukan bersama-sama oleh putra-putra Kiyai yang sudah bermukim di masyarakat, yakni KH. Misbah, KH. Zaenal Arifin  dan K. Saaduddin. Semasa pengelolaan pesantren di bawah putra-putra kiyai itu yaitu antara tahun 1940 sampai 1964 telah dibangun kembali bangunan yang labih luas namun sederhaana dan tidak permanen. Tepat pada tahun 1965, putra-putra kiyai  dibunuh secara kejam oleh partai komunis indonesia (PKI). Kejadian tersebut mengakibatkan vakumnyaa pesantren selama lebih dari dua tahun. Namun alhamdulillah pada pertengahan tahun 1967, putra bungsu kiyai (KH. Hasan Maehi) pulang dari menuntut ilmunya di berbagai pesantren dan selanjutnya beliaulah yang melanjutkan kembali aktivitas kepesantrenan.
Pada akhir tahun 1967 didirikanlah bangunan pesantren dua lantai dengan semi permanen, lantai dasar dibangun dari tembok sedangkan lantai atas dari bambu dan kayu. Setelah berdirinya bangunan ini yang selesai tahun 1970, pendidikan kepesantrenan terus berkembang dan para santri pun berdatangan  dari berbagai daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kini alumni pesantren telah berjumlah ribuan orang yang tersebar di berbagai daerah dengan profesi yang beragam terutama banyak yang telah menjadi kiyai dan guru agama.
Sejak tahun 1990 pesantren mengalami kemunduran jumlah santri semakin berkurang dan itu pun hanya berasal dari daerah sekitar. Hal ini disebabkan oleh kondisi bangunan yang sudah tidak layak pakai, saat itu lantai atas sudah tidak bisa digunakan karena sudah sedemikian lapuk. Akhirnya pada tahun 1995 seluruh bangunan pesantren dipugar dan dibangun kembali dengaan bangunan permanen dua lantai. Tahun 2000 pembangunan selesai tediri dari kobong santri; ruangan belajar dan sekretariat, kegiatan kepesantrenan kembali berjalan normal dan pada 2008 pengasuh pesantren al maghfurlah KH. Hasan Maehi wafat. Sejak itu sampai sekarang kegiatan pesantren dikelola oleh para putra almarhum. Dari tahun ketahun pesantren mengalami perkembangan yang signifikan, mulai dari sarana prasarana sampai jumlah santri yang semakin bertambah.
           Para santri selain dari lingkungan pesantren, juga didominasi oleh siswa/i dan mahasiswa/i yang menuntut ilmu di berbagi lembaga pendidikan formal yang berada di sekitar Ciamis, yaitu SMA N 2 Ciamis, MA N 2 Ciamis, SMKN 1 Ciamis,  STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Universitas Galuh Ciamis.