Foto Bersama Peserta Lomba

Dalam acara peringatan hari besar Islam Isra Mi'raj

Lomba Cerdas Cermat

Dalam kegiatan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW 1440 H

Santri Putri

Foto bersama dihalaman mesjid Istiqlal - Jakarta

Asrama Santri Putri

Tampak dari depan

Santri Putra Al-Arifin

Foto bersama pada saat Wisata Rohani di Komplek Pondok Pesantren Daarut Tauhid , Gegerkalong, Bandung

Selasa, 27 Maret 2018

SEJARAH PONDOK PESANTREN AL-ARIFIN

Sejak tahun 1919 cikal bakal pondok pesantren al – Arifin telah dirintis oleh KH.Ahmad bin KH. Kohar  dalam bentuk Madrasah Diniyah dengan nama Miftahul Ulum. Madrasah pada waktu itu merupakan tempat pengajian para remaja yang berasal dari daerah sekitar. Setelah berjalan selama delapan tahun, jumlah santri semakin banyak dan diantaranya berdatangan dari  daerah jauh. Karena santri memerlukan tempat domisili, maka didirikanlah bangunan pesantren sederhana tidak permanen yang terbuat dari bambu dan kayu. Pada saat itu pesantren ini bukan hanya tempat belajar mengajar santri, tetapi sekaligus sebagai basis perjuangan melawan penjajah baik Belanda maupun Jepang. Para tokoh masyarakat sering  mengadakan rapat di pesantren ini yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad. Karenanya daerah di mana pesantren ini berada, disebut Serambi Mekkah  yang mengandung makna daerah basis agama.
KH. Ahmad wafat tahun 1940. Semenjak itu pengelolaan pesantren dilakukan bersama-sama oleh putra-putra Kiyai yang sudah bermukim di masyarakat, yakni KH. Misbah, KH. Zaenal Arifin  dan K. Saaduddin. Semasa pengelolaan pesantren di bawah putra-putra kiyai itu yaitu antara tahun 1940 sampai 1964 telah dibangun kembali bangunan yang labih luas namun sederhaana dan tidak permanen. Tepat pada tahun 1965, putra-putra kiyai  dibunuh secara kejam oleh partai komunis indonesia (PKI). Kejadian tersebut mengakibatkan vakumnyaa pesantren selama lebih dari dua tahun. Namun alhamdulillah pada pertengahan tahun 1967, putra bungsu kiyai (KH. Hasan Maehi) pulang dari menuntut ilmunya di berbagai pesantren dan selanjutnya beliaulah yang melanjutkan kembali aktivitas kepesantrenan.
Pada akhir tahun 1967 didirikanlah bangunan pesantren dua lantai dengan semi permanen, lantai dasar dibangun dari tembok sedangkan lantai atas dari bambu dan kayu. Setelah berdirinya bangunan ini yang selesai tahun 1970, pendidikan kepesantrenan terus berkembang dan para santri pun berdatangan  dari berbagai daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kini alumni pesantren telah berjumlah ribuan orang yang tersebar di berbagai daerah dengan profesi yang beragam terutama banyak yang telah menjadi kiyai dan guru agama.
Sejak tahun 1990 pesantren mengalami kemunduran jumlah santri semakin berkurang dan itu pun hanya berasal dari daerah sekitar. Hal ini disebabkan oleh kondisi bangunan yang sudah tidak layak pakai, saat itu lantai atas sudah tidak bisa digunakan karena sudah sedemikian lapuk. Akhirnya pada tahun 1995 seluruh bangunan pesantren dipugar dan dibangun kembali dengaan bangunan permanen dua lantai. Tahun 2000 pembangunan selesai tediri dari kobong santri; ruangan belajar dan sekretariat, kegiatan kepesantrenan kembali berjalan normal dan pada 2008 pengasuh pesantren al maghfurlah KH. Hasan Maehi wafat. Sejak itu sampai sekarang kegiatan pesantren dikelola oleh para putra almarhum. Dari tahun ketahun pesantren mengalami perkembangan yang signifikan, mulai dari sarana prasarana sampai jumlah santri yang semakin bertambah.
           Para santri selain dari lingkungan pesantren, juga didominasi oleh siswa/i dan mahasiswa/i yang menuntut ilmu di berbagi lembaga pendidikan formal yang berada di sekitar Ciamis, yaitu SMA N 2 Ciamis, MA N 2 Ciamis, SMKN 1 Ciamis,  STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Universitas Galuh Ciamis.